BLOG
— BLOG —
Employee-Generated Content: Peran Baru Karyawan dalam Mendongkrak Marketing Perusahaan
Di dunia yang saling terhubung ini, sebuah brand tidak lagi hanya sekedar logo atau produk. Brand merupakan sebuah entitas yang terbentuk oleh persepsi kolektif pelanggan, stakeholders, maupun karyawannya, dimana terkadang bisa memiliki dampak yang emosional terhadap mereka dengan persepsi kolektif yang sama. Brand Equity (BE) adalah nilai tambah yang dimiliki sebuah brand karena persepsi positif konsumen terhadapnya. Ini mencakup relevansi, perbedaan dengan pesaing, dan popularitas brand oleh konsumen.
BE yang kuat dapat memberikan berbagai keuntungan bagi perusahaan, termasuk nilai jual produk yang lebih premium, peningkatan penjualan, dan loyalitas pelanggan. BE juga bisa menjadi aset berharga bagi perusahaan yang dapat meningkatkan daya saing, menarik pelanggan, dan memperkuat brand image. Tidak hanya itu saja, BE juga memiliki dampak terhadap sumber daya manusia perusahaan, khususnya sikap karyawan.
Penelitian oleh Myriam Ertz dan rekannya membahas bagaimana BE mempengaruhi sikap karyawan pada berbagai tingkatan organisasi, menunjukkan bahwa efeknya bervariasi tergantung pada posisi hierarki karyawan di perusahaan. Pemahaman mengenai hubungan ini sangat penting karena sikap karyawan dapat berdampak langsung pada produktivitas kerja, kepuasan pelanggan, serta kinerja perusahaan secara keseluruhan.
BE dapat menjadi salah satu indikator kesuksesan perusahaan, yang tidak hanya mempengaruhi persepsi pelanggan tetapi juga dinamika internal perusahaan itu sendiri. Artikel ini menggali hubungan antara BE dan perilaku karyawan, menjelajahi bagaimana hal itu membentuk sikap, motivasi, dan kinerja di berbagai tingkat organisasi. Memahami nuansa ini sangat penting untuk membentuk tenaga kerja yang kohesif dan produktif yang selaras dengan visi brand.
Brand Equity dan Sikap Karyawan
Menurut penelitian ini, BE tidak hanya berdampak pada pelanggan, tetapi juga pada karyawan yang bekerja dalam organisasi tersebut. Dalam konteks ini, BE dapat meningkatkan rasa bangga, kepuasan, dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Namun, efek ini tidak bersifat seragam di semua tingkatan organisasi:
- Karyawan Level Bawah
Karyawan di tingkat operasional cenderung merasakan dampak positif dari BE yang kuat. Mereka merasa bangga bekerja di perusahaan yang memiliki brand image yang baik dan stabil, yang pada akhirnya meningkatkan kepuasan kerja mereka. Selain itu, mereka lebih termotivasi untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan, yang berdampak positif pada kinerja bisnis secara keseluruhan.
- Middle Management
Di sisi lain, middle management justru mengalami efek negatif dari BE yang kuat. Mereka sering kali menghadapi tekanan lebih besar dalam menjaga brand image dan menyelaraskan strategi perusahaan, yang dapat menyebabkan stres dan ketidakpuasan kerja. Mereka juga dituntut untuk terus menyesuaikan kebijakan internal agar tetap selaras dengan ekspektasi top management serta persepsi publik terhadap brand.
- Top Management
Manajer tingkat atas tidak mengalami dampak signifikan dari BE, karena mereka lebih fokus pada aspek strategis perusahaan dan memiliki kompensasi yang lebih tinggi untuk mengimbangi tekanan kerja. Namun, mereka tetap harus memastikan bahwa seluruh elemen perusahaan bergerak sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan, sehingga BE tetap kuat dan konsisten.
Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa industri jasa mengalami dampak BE yang lebih besar dibandingkan industri manufaktur. Hal ini disebabkan oleh interaksi langsung yang lebih intens antara karyawan dan pelanggan dalam industri jasa, di mana karyawan diharapkan menjadi representasi dari brand perusahaan. Sebaliknya, dalam industri manufaktur, hubungan antara BE dan sikap karyawan cenderung lebih lemah karena keterlibatan langsung karyawan dengan pelanggan lebih terbatas.
Temuan lainnya juga menyoroti pentingnya keselarasan sikap antara top management dan middle management dalam menjaga motivasi karyawan di level bawah. Ketika middle management merasa terbebani oleh tuntutan BE yang tinggi dan menunjukkan ketidakpuasan, hal ini dapat berdampak negatif pada motivasi karyawan lainnya. Sebaliknya, jika middle management dan top management memiliki keselarasan sikap yang positif terhadap BE, maka karyawan di tingkat bawah juga lebih cenderung menunjukkan sikap yang positif terhadap perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan internal branding tidak hanya bergantung pada kekuatan brand, tetapi juga pada manajemen internal yang efektif dalam menyelaraskan visi dan sikap di berbagai tingkatan organisasi.
Untuk mengoptimalkan dampak positif BE terhadap karyawan, perusahaan perlu menerapkan strategi internal branding yang efektif. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain melalui komunikasi yang konsisten, dimana memastikan bahwa nilai dan visi brand disampaikan dengan jelas kepada seluruh karyawan melalui berbagai saluran komunikasi internal, seperti email, meeting rutin, dan media sosial perusahaan. Selain itu juga dapat dalam bentuk memberikan program pelatihan dan pengembangan yang mendukung pemahaman karyawan terhadap brand serta membekali mereka dengan keterampilan yang relevan agar dapat menjadi duta brand yang efektif di dalam maupun di luar perusahaan.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa brand equity memiliki pengaruh yang berbeda terhadap sikap karyawan berdasarkan hierarki organisasi. Selain itu, dampak BE terhadap karyawan di industri jasa lebih besar dibandingkan dengan industri manufaktur, karena interaksi yang lebih intens dengan pelanggan. Oleh karena itu, perusahaan perlu menerapkan strategi internal branding yang tepat agar dapat memaksimalkan dampak positif BE pada seluruh lapisan organisasi.
Selanjutnya, keselarasan sikap antara top management dan middle management sangat krusial dalam menjaga motivasi karyawan di level bawah. Ketidakpuasan middle management terhadap tuntutan BE dapat berdampak negatif pada motivasi karyawan lainnya. Sebaliknya, keselarasan sikap positif terhadap BE di antara level manajemen dapat meningkatkan motivasi di seluruh tingkatan organisasi. Selain dampaknya pada kinerja, BE yang kuat juga dapat berperan dalam menarik dan mempertahankan talenta terbaik, karena karyawan seringkali bangga dan termotivasi untuk bekerja di perusahaan dengan reputasi yang baik.
Dengan memahami bagaimana BE mempengaruhi karyawan, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif. Selain itu, dengan mengelola beban kerja secara efektif, memberikan insentif yang sesuai, serta membangun budaya perusahaan yang kuat, perusahaan dapat memastikan bahwa semua karyawan, dari level operasional hingga top management, tetap termotivasi dan mendukung pertumbuhan brand secara berkelanjutan.
Ingin lebih tahu lebih lanjut bagaimana cara mengoptimasi brand presence baik secara umum maupun di dunia digital? Hubungi kami untuk konsultasi seputar branding, digital marketing, dan digital asset development melalui tombol Contact Us yang tersedia di situs ini, atau click here.
#SEODigitalAgency #SocialMediaAgency #BrandingAgency #DigitalAgency #DigitalMarketingAgency #BrandEquity
Get our lattest news

BLOG
— BLOG —
SPREADING THE INSIGHT

Dampak Tersembunyi Brand Equity: Bisa Menginspirasi dan Membebani Karyawan?
Di dunia yang saling terhubung ini, sebuah brand tidak lagi hanya sekedar logo atau produk. Brand merupakan sebuah entitas yang terbentuk oleh persepsi kolektif pelanggan, stakeholders,..

Green Marketing Communication dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Konsumen
Isu lingkungan kini telah menjadi subjek yang tidak bisa dikesampingkan dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk perilaku konsumen. Kesadaran akan pentingnya keberlanjutan…

Employee-Generated Content: Peran Baru Karyawan dalam Mendongkrak Marketing Perusahaan
Metaverse telah muncul sebagai lanskap digital yang membawa cara baru bagi brand untuk terhubung dan engage dengan audiens target mereka…

Unlocking the Metaverse: Strategi Branding di Era Digital yang Baru
Metaverse telah muncul sebagai lanskap digital yang membawa cara baru bagi brand untuk terhubung dan engage dengan audiens target mereka…

Menjelajahi Metaverse: Panduan Branding di Dunia Virtual dengan Matriks Immersive Engagement Metaverse
Belakangan ini kata metaverse sering digaungkan dan berbagai brand mulai merambah ke dunia virtual ini dengan harapan dapat berinteraksi dengan audiens secara lebih mendalam…